Depresi Pasca Konser alias PCD? Ini 4 Solusi Untuk EO

Reading Time: 4 minutes
Tips Meminimalisir PCD Untuk Event Organizers

UMN Consulting, Jakarta – Baru-baru ini, konser jadi topik yang menarik untuk dibicarakan di media sosial. Mulai dari group band legendaris seperti Dewa 19, Sheila On 7, sampai girl group Blackpink turut menyapa fans di Indonesia. Tapi, gimana jadinya kalau pengalaman membahagiakan ketemu idola ini justru menimbulkan depresi?

Yup, terlalu excited nonton konser bisa menyebabkan gangguan mental. Kamu mungkin pernah melihat seorang teman yang sering melamun setelah konser. Tenang, dia bukan lagi kesambet kok, Bizmates. Bisa jadi, itu adalah gejala Depresi Pasca Konser alias Post-Concert Depression (PCD). PCD adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa hampa dan kosong setelah berhasil ketemu idolanya.

Loh, kok bisa gitu? Menurut Iswan Saputro, M.Psi., Psikolog, kondisi itu disebabkan karena adanya perubahan dari fase sangat excited menjadi menjalani hari seperti biasa. Terkadang, pasca konser, belum ada tujuan baru yang membuat seseorang kembali bersemangat.

Berdasarkan sebuah studi oleh Lyen Krenz Yap, 90% pengunjung konser berusia 19-25 tahun merasakan euforia yang sangat besar sesaat setelah konser. Dua minggu kemudian, 60% pengunjung merasakan anxiety karena perpisahan dengan idola. Lebih dari itu, 68% mengaku anxiety berlangsung selama lebih dari 2 minggu.

Sekilas, berhasil menghadirkan euforia bagi pengunjung menjadi kebanggaan tersendiri bagi penyelenggara acara. Namun, jika setelahnya jadi banyak orang yang mengalami sensasi kurang menyenangkan, bukankah itu bisa memperburuk reputasi acara?

Nah, untuk meminimalisir hal tersebut, penyelenggara acara alias event organizer bisa melakukan beberapa hal untuk mendukung proses recovery pengunjung setelah konser.

 

1. Meet & Greet Lanjutan

Event organizers bisa mengadakan meet and greet lanjutan untuk meminimalisir risiko PCD.
Kristina Paparo/Unsplash

Salah satu gejala yang dialami penyintas PCD adalah rasa khawatir dan sedih berlebihan karena berpisah dari idolanya. Untuk meringankan perasaan tersebut, penyelanggara acara bisa bekerja sama dengan pihak artis untuk mengadakan meet and greet  beberapa waktu setelah konser. 

Selain itu, penyelenggara acara juga dapat memasukkan edukasi mengenai cara mengenali gejala PCD dan bagaimana mengatasinya ke dalam rangkaian acara meet and greet. Sebagai alternatif bagi pengunjung konser yang tidak dapat berpartisipasi, acara lanjutan sederhana seperti social media live juga bisa dicoba.

 

2. Kampanye #BeatPCD atau #ConcertRecovery

Kampanye kesehatan mental untuk menanggulangi post-concert depression/PCD.
Dan Meyers/Unsplash

Istilah PCD memang tergolong belum cukup populer di kalangan masyarakat umum, terutama mereka yang baru pertama kali menonton konser. Inilah kenapa, banyak orang yang kebingungan dengan hal-hal kurang nyaman yang mereka alami setelah konser. Akibatnya, mereka tidak tahu cara mengatasinya atau menanggulanginya sejak awal.

Untuk merespon hal ini, penyelenggara acara dapat mengadakan kampanye media sosial dengan tajuk #BeatPCD atau #ConcertRecovery. Kamu juga dapat mengadakan agenda kampanye seperti sharing corner agar para pengunjung bisa saling berbagi dan mendukung proses penyembuhan satu sama lain.

 

3. Menginformasikan Layanan Kesehatan Mental

Informasi layanan kesehatan mental untuk menanggulangi post-concert depression (PCD).
freestocks/Unsplash

Sebagai pelengkap kampanye penyembuhan PCD, penyelenggara acara juga dapat memberikan informasi mengenai layanan kesehatan mental untuk para pengunjung konser. Kerap kali, pengunjung tidak mengerti, apa yang perlu mereka lakukan untuk meredakan rasa sedih dan hampa setelah terlalu excited bertemu dengan idola.

Menginformasikan layanan kesehatan mental bisa membuat pengunjung lebih tanggap terhadap apa yang mereka rasakan lebih awal. Kemudian, mereka bisa mengambil langkah sesuai dengan anjuran profesional.

 

4. Evaluasi Konser

Mengevaluasi acara bisa mengurangi resiko post-concert depression (PCD).
Glenn Carstens/Unsplash

Untuk mengukur keberhasilan suatu acara, memang diperlukan evaluasi lanjutan. Namun, sebaiknya evaluasi tidak hanya berfokus pada hal-hal teknis saja. Aspek berupa pengalaman emosional pengunjung juga bisa dievaluasi agar pengunjung merasa diperhatikan. Nantinya, bukan tidak mungkin kepuasan pengunjung terhadap acaramu akan meningkat.

“Inilah pentingnya melakukan evaluasi, bukan hanya tentang hal-hal teknis, tapi juga tentang apa yang dirasakan penonton ketika konser dan setelahnya. Hasilnya bisa digunakan untuk menentukan strategi jangka panjang. Atau, justru membuat pengunjung merasa diperhatikan sehingga mereka tidak ragu untuk datang kembali nantinya,” tambah Claudia Severesia, peneliti UMN Consulting.

 

Social Media Monitoring Bisa Membantu

Social media monitoring untuk mengevaluasi acara.
Campaign Creators/Unsplash

Meskipun bukan termasuk penyakit medis, PCD adalah kondisi yang sering dialami oleh pengunjung konser. Beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk meringankan perasaan tersebut adalah membangun koneksi dengan pengunjung dan sering mendengarkan aspirasi mereka. 

Dari sini, evaluasi acara melalui social media monitoring bisa menjadi salah satu bentuk usaha active listening untuk mencapai tujuan tersebut.

Dengan social media monitoring, kamu bisa mencari tahu bagaimana respon orang-orang terhadap acaramu melalui percakapan di media sosial. Nah, gawat kan kalau percakapan yang trending soal acaramu justru berkaitan sama depresi? 

Melalui pendekatan yang tepat, bukan hanya kamu bisa menjaga reputasi acaramu, kamu juga bisa memberikan value tambahan untuk pengunjung. Sudah siap memberikan hal baru untuk konsumenmu, Bizmates? Yuk, evaluasi acaramu melalui survei langsung dan social media monitoring dengan UMN Consulting!

This article is useful? Share on

Latest Article

3 Penyebab The Hunger Games Laku Keras

19 May2023
  November nanti, the tributes are back buat menyambut prequel The Hunger Games (THG) yang… Read More

Kenapa Psikologi Warna Penting buat Brand-mu!

05 May2023
Menjual adalah seni persuasi. Ada berbagai cara untuk membujuk customer untuk membeli produk atau jasa… Read More

Psikologi Marketing: Ubah Iklan jadi Cuan!

28 April2023
UMN Consulting, Jakarta – Lewat the psychology of advertising, kemungkinan Bizmates mengubah iklan jadi cuan bisa… Read More