UMN Consulting, Jakarta – Lewat the psychology of advertising, kemungkinan Bizmates mengubah iklan jadi cuan bisa naik.
Kenapa?
Bayangin aja, rata-rata, orang bisa melihat sekitar 6 ribu sampai 10 ribu iklan per harinya. Ditambah lagi, orang-orang juga cendeurng kehilangan konsentrasi dengan cepat (cuma 8 detik!) akibat sering dibombardir informasi yang terus-menerus di dunia digital.
Akibatnya, mereka akan jadi lebih selektif memberikan waktunya untuk memperhatikan iklan. Gak heran, ad blocker jadi laku keras….
Untungya, ada psikologi marketing. Berikut pembahasannya—dari riset sampe teknik!
The Power of ‘Psikologi Marketing’

Bizmates suka sadar nggak, ada beberapa iklan yang bisa bikin hati ikut ngerasain vibe kontennya?
Misalnya, iklan sirup setiap Ramadan. Lewat visualisasi sirup yang segar, dingin, plus diminum bareng-bareng, kita jadi merasa damai dan adem menontonnya. Contoh lain, iklan cemilan “Afika…ada yang baru nih!” yang menonjolkan vibes kepolosan anak-anak. Lewat pencitraan anak-anak yang senang berbagi makanan ke sesama, secara tidak sadar kita jadi terbawa untuk membagikan cemilan terkait ke teman-teman atau keluarga tercinta.
Kita belum bicara iklan bernuansa komedi. Iklan bernuansa komedi dengan jargon seperti “Ayamku mana?” atau “Kuberi satu permintaan?” tak jarang membentuk image atau emosi yang spesifik terhadap brand yang diiklankan.
Pada intinya, iklan-iklan tersebut sedang mencoba memberikan emosi tententu untuk mendorong penonton membeli produk yang dipromosikan. Lewat psikologi marketing, iklan akan difokuskan untuk membangun empati terhadap produk atau jasa.
Semakin kita tertarik dengan iklan, semakin besar kemungkinan kita akan menggunakannya suatu saat nanti. Bahkan, riset dari tahun 2021 mendapati aspek fisik seperti orang, gambar, dan warna dapat memengaruhi cara penonton berempati dengan iklan.
Riset dari 2019 juga menunjukkan, iklan-iklan biasanya akan bergantung pada memori penonton agar brand-nya diingat. Dengan memanfaatkan pengalaman umum yang dimiliki orang-orang, misalnya mudik lebaran yang identik dengan makan bersama, iklan dapat ‘menciptakan’ atau ‘mengingatkan’ penonton ke saat-saat menyenangkan dalam hidup. Akibatnya, penonton akan mengkaitkan pengalaman pribadi mereka dengan merek atau produk yang sedang diiklankan.
2 Cara Menarik Perhatian Pelanggan lewat Iklan

Baik beriklan secara tradisional (majalah, koran, TV) atau secara digital (sosial media, Google Ads), ada dua model yang bisa menjelaskan cara orang memproses informasi. Tujuannya, agar pesan dalam iklan kamu bisa berkesan bagi target pasar.
Biasanya, pengiklan akan cenderung menggunakan salah stau saja. Namun, tidak menutup kemungkinan menggunakan kombinasi keduanya.
1. Consumer Processing Model (CPM) alias Thinking Models
Model iklan ini akan membuat pelanggan menggunakan logika sebelum membeli produk atau jasamu. Model ini sangat cocok jika barang atau jasamu ditujukan untuk menyelesaikan suatu masalah.
Tips: gunakan iklan sebagai tempat untuk memberikan informasi faktual seperti keuntungan, manfaat, fitur utama.
2. Hedonic, Experiental Model (HEM) alias Feeling Models
Menurut laporan Nielsen (2016), iklan yang menghasilkan respon emosional mendapatkan volume penjualan sebesar 23%.
Dengan memanfaatkan model ini, pengiklan dapat menggunakan ‘perasaan’ untuk menarik perhatian konsumen. Model ini ditujukan untuk memberikan efek ‘meringankan’ situasi.
Baik itu perasaan senang, fantasi, atau ketakutan, gunakan model ini jika:
- Kamu bisa memanfaatkan beberapa jenis emosi untuk mengarahkan konsumen membeli produk atau jasamu (perhatikan etika juga ya)
- Anda ingin menciptakan suaana yang ringan
- Selaras dengan brand voice dan target pasar
Lewat dua model ini, Bizmates bisa menentukan calon konsumen yang pas. Perlu diinget, meski Psikologi Markeitng bisa membuat iklan lebih berdampak, jangan sampai hal-hal dasar dilupakan ya!
Misalnya aja, dalam menentukan target pasar. We cannot have it all. Jika kamu masih bingung menentukan target pasar, let us help! Shoot your questions here marketing@mmdn.co.id.
5 Teknik Psikologi yang Bisa Kamu Coba

1. Gunakan Hewan Lucu
Hewan sering menimbulkan perasaan positif. Dengan hewan, Bizmates berkemungkinan besar bisa menarik perhatian calon pelanggan.
Berapa kali Bizmates berhenti scrolling karena tergerak hatinya untuk menolong hewan yang ditelantarkan? Atau stop scrolling saat liat video hewan gemoy? Exactly!
2. Gunakan Humor
Tertawa dapat melepaskan endorfin (hormon yang membawa perasaan positif) dan membuat kita merasa bahagia. Jika sebuah iklan berhasil membuat kita tertawa, kemungkinan besar, kita akan mengingatnya.
3. Gunakan Rasa Takut
Jangan digunakan berlebihan ya, nanti justru bikin illfeel. Gunakan rasa takut dengan tujuan menimbulkan ‘kegembiraan’ berkat adanya produk atau jasa kamu. Biasanya, rasa takut bisa menjadi Call to Action paling efektif.
Misalnya, obat yang dapat menanggulangi penyakit. Jangan lupa, perhatikan juga faktor etika ya.
4. Ciptakan Kebahagiaan
Banyak iklan mencoba menciptakan hype mengenai produk mereka. Mislanya, iklan taman rekreasi yang menampilkan orang yang bersenang-senang. Hal ini ditujukan untuk membuat penonton percaya, mereka juga bisa merasakan ‘kebahagiaan’ ini saat berkunjung.
5. Menarik Hati
Beberapa iklan sengaja menggunakan kreativitas mereka untuk menarik hati penonton. Biasanya, mereka akan menggunakan scene yang banyak dialami orang lain.
Misalnya, iklan yang menunjukkan keluarga yang sedang berkumpul dan memesan makanan merek tertentu.
Mereka mencoba menyentuh hati kalian (berempati) degan tujuan saat kalian melakukan kegiatan yang sama, akan teringat dan ingin menggunakan produk yang dipromosikan.
(BONUS) 6. Manfaatkan Psikologi Warna
Hasil riset menunjukkan, 90% orang akan melakukan penilaian cepat tentang produk hanya berdasarkan pada warna. Ingin tahu lebih lanjut?
Stay tuned buat artikel minggu depan ya…