Menjual adalah seni persuasi. Ada berbagai cara untuk membujuk customer untuk membeli produk atau jasa kalian, salah satunya lewat warna.
Minggu lalu, kita sudah belajar apa itu psikologi marketing, di mana fokus mengkonversi iklan menjadi cuan. Nah, sekarang, kita akan belajar bareng soal psikologi warna, salah satu trik untuk membuat iklan atau brand kalian lebih compelling ke customer.
Rest assured, bakal kita bahas komplit dari kenapa warna bisa mempengaruhi sikap dan pengambilan keputusan seseorang, rekomendasi warna sesuai tipe pembeli, sampai rekomendasi warna untuk brand kamu. Stick around.
Psikologi Warna 101

Sejatinya, psikologi warna berfokus pada bagaimana warna mempengaruhi kesan pelanggan terhadap merek dan kemungkinan mereka melakukan pembelian.
Dalam derajat tertentu, kita bisa merasakan warna. Meski ‘rasa’ akan warna ini berbeda-beda tiap orang, warna tertentu memiliki makna yang universal.
Misal, warna hijau menimbulkan rasa tenang, merah meningkatkan tekanan darah, atau warna kuning menimbulkan efek hangat dan ceria.
Kenapa Warna itu Penting
Menurut hasil riset KISSmetrics, 93% pelanggan menempatkan estetika dan warna sebagai faktor teratas dalam berbelanja. Sisanya, 6% dari pelanggan memperhatikan tekstur dan 1% yang memperhatikan suara atau aroma.
Next, ada 85% pelanggan yang menempatkan warna sebagai alasan utama membeli produk. Dari riset itu, dapat kita lihat gabungan warna, desain, dan aroma bisa membuat keputusan membeli menjadi kuat.
Perlu diingat, efek dari Warna sendiri bergantung pada pengalaman atau selera pribadi untuk bisa diterjemahkan secara universal ke perasaan tertentu. Namun, pola pesan dapat ditemukan dalam persepsi warna.
Menurut penelitian berjudul Impact of Color on Maketing, 90% orang akan melakukan penilaian cepat tentang produk hanya berdasarkan warnanya. Dari riset lain, hubungan antara merek dan warna bergantung pada kesesuaian warna yang dipilih terhadap produk yang dijual.
Selain itu, hasil studi Exciting Red and Competent Blue menunjukkan warna memiliki efek pada persepsi merek di mata pelanggan. Artinya, warna bisa menjadi cara pelanggan melihat kepribadian atau ciri khas dari sebuah brand.
3 Faktor yang Kudu Diperhatikan saat Milih Warna

- Relevansi
Terkadang, tim marketing cenderung memilih warna berdasarkan preferensi banyak orang. Padahal, pendekatan ‘memahami kesesuaian warna’ jauh lebih penting. Misal, meski banyak orang menyukai warna biru daripada cokelat, ketika ingin membeli meja makan, kebanyakan orang akan memilih warna cokelat. Kenapa? karena terlihat lebih pas.
- Estetika
Meski memilih warna berdasarkan asosiasi dan makna, faktor estetika tidak bisa diabaikan. Jangan memilih warna harna berdasarkan makna emosional dan semantik saja, tetapi juga apakah warna terkait menaikan derajat estetika produk yang dijual atau tidak.
- Makna
Secara naluriah, warna membawa beberapa asosiasi. Misalnya, warna biru menyerupai warna langit dan air, atau, warna hijau yang mengingatkan kita pada tumbuhan. Namun, beberapa warna memiliki asosiasi yang variatif berdasarkan budaya yang berbeda. Dengan psikologi warna, kita bisa memahami emosi yang ditimbulkan oleh warna tertentu kepada orang pada umumnya.

Rekomendasi Warna yang Bisa Meningkatkan Penjualan

Merah
Kalo soal personality, warna ini paling sering dikaitkan dengan api, kekerasan, perang, cinta, dan gairah. Meski identik dengan rasa’ marah’, merah juga bisa menunjukkan kemegahan (misal, Red Carpet).
Kalo soal penjualan, merah ini menjadi warna yang paling menarik perhatian karena bisa membuat atensi pembeli ke ‘hal-hal’ yang kita arahkan.
Selain itu, warna ini juga menunjukkan ‘rasa’ bagi pembeli yang mengasosiasikan diri mereka dengan merek yang kuat. Pasalnya, warna merah identik dengan produk atau layanan terbaik.
Tapi, jangan digunakan berlebihan ya. Kalo nggak, kebanyakan warna merah bisa menakuti calon pelanggan.
Biru
Warna biru umumnya merepresentasikan ketenangan dan rasa tanggung jawab. Bahkan, warna ini dianggap salah satu warna terbaik dalam dunia bisnis. Sebuah survei di seluruh dunia pun mengungkapkan biru adalah warna paling populer di 10 negara dari 4 benua.
Artinya, dengan menggunakan warna biru, ada banyak orang yang akan menyukainya.
Berdasarkan psikologi warna, beberapa nuansa biru mampu memberikan ‘sensasi’ yang berbeda-beda seperti:
- Light blue: santai, menenangkan, segar, ramah
- Deep blue: memberikan energi dan menyegarkan (refreshing)
- Dark blue: kuat dan bisa diandalkan

Warna ini sangat jarang digunakan oleh perusahaan yang berhubungan dengan makanan karena biru cenderung mengurangi selera audiens.
Kuning
Warna ini dianggap paling bersemangat dan energik dari semua warm colors. Kuning sering dikaitkan dengan kebahagiaan dan sinar matahari. Warna ini bisa meningkatkan mood atau suasana hati, menyebabkan antusiasme, mendorong keterbukaan, mendorong komunikasi, dan dalam konteks teretentu menunjukkan harapan.

Soal nuansa warna, soft yellow cocok digunakan untuk produk atau servis yang berkaitan dengan anak-anak. Untuk kuning tua dan kuning emas, cenderung akan diasosiasikan ke masa lalu, sehingga dapat digunakan untuk memberi kesan stabilitas pada desain.
Gunakan kuning cerah jika merek bisnismu ingin dikenal sebagai produk atau servis yang suka mengambil risiko atau bisnis yang meng-klaim melakukan tindakan berani.
Namun, berhati-hatilah dengan kombinasi kuning-hitam karena warna ini menandakan peringatan bahaya biologis atau radiasi (bisa menimbulkan ketakutan bawah sadar).
So, bagaimana Bizmates? Sudah siap mengaplikasikan psikologi warna dan psikologi marketing ke bisnis kamu?
Atau justru kamu bingung soal gimana caranya brand-mu bisa dikembangkan? Atau masih sangsi apakah inovasi yang kamu tawarkan bakal diterima baik oleh publik?
Lewat servis kami seperti Brand Development atau Product Innovation, let us help you unleash your full potential!
Shoot us your questions only at marketing@mmdn.co.id and we’ll be in touch.